Wah, kita berjumpa lagi. Saya tidak menyangka kamu masih ingat jalan ke sini. Apalagi, kamu pun datang lagi padahal tidak pernah berjanji untuk kembali. Meskipun begitu, di kursi yang selalu kamu duduki sudah tersedia secangkir kopi. Dengan air panas suhu tinggi, langsung saya tuang ke cangkir putih. Kopi tubruk, gula dipisah, sendok di kiri. Selalu, seperti yang selalu kamu buat sendiri. Kamu ingin tahu mengapa kopi itu bisa tersaji? Hmm.. Saya membuatnya setiap hari. Sejujurnya ini sudah menjadi rutinitas yang tidak saya sadari. Menghabiskan waktu meracik minuman favoritmu, berharap kamu akan datang dengan senyummu yang berseri. Namun saya sepertinya memang terlalu banyak berimajinasi. Entah berapa puluh cangkir kopi yang harus berakhir basi. Saya tidak menyalahkan ketidakhadiranmu, pun sedikit kecewa muncul dalam hati. Makanya saya sangat bahagia hari ini. Kedatanganmu menjadi bukti, keyakinan dan kenyataaan itu memang rantai misteri! Ah, sudah, jangan merasa tidak enak hat...