Langsung ke konten utama
Ada satu fase di mana kita cuma butuh waktu sendiri. Memilih minggir ketika semua sibuk berlarian mencari kesenangan. Memilih ke sudut ketika yang lain menyerbu ke tengah. Menghitung lambat setiap detik yang terlewat. Menikmati perubahan sudut bumi ketika ia berputar pada porosnya. Menyerapi perubahan volume udara di ruang yang tidak kosong itu.

Tenggelam dalam sepi. Bukan untuk sedih tapi untuk memahami.
Terpejam. Melatih indera peraba bekerja lebih ekstra. Memaksa indera pencium peka terhadap aroma. Mendorong indera pendengar berlatih mendengar nada yang nyaris tak bersuara.

Tenggelam dalam sepi. Bukan untuk sedih tapi untuk berpikir.
Terpejam. Melihat dalam diri tentang apa yang harus dikoreksi. Mereka-reka bentuk kehidupan apa yang ingin dimiliki. Membentuk imaji tentang bahagia yang selama ini abstrak dan tak bernyawa.

Tenggelam dalam sepi.
Bukan untuk sedih tapi untuk menyendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016

Menantang Hujan

Selama ini ia benci Hujan. Ia beli payung berbagai ukuran, jas hujan dengan warna menawan,  sepatu anti air dengan kualitas tak diragukan. Lalu kemudian Hujan tidak datang selama beberapa pekan. Sial, lalu apa gunanya semua perlengkapan? Ia pikir ia benci Hujan. Memang, tapi bukan dalam bentuk "tanpa pertemuan". Ia perlu Hujan. Untuk dilawan. _____________________________________ Kebon Sirih, 27 Februari 2015 di penghujung musim penghujan

Teruntuk Rumput

Teruntuk Rumput di sana, semoga tetap sedia untuk berjalan bersama. Salam, Embun ______________________________________________ Pada suatu hari Rumah, 24 Januari 2015