Langsung ke konten utama

Entri Lama

Kemaren, nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba ada pesan dari Citta, seorang teman SMA yang satu subsie tapi jarang jarang jaranggggg banget ngobrol secara langsung. Paling saya cuma sering ngeliat blog nya aja dan komentar sedikit-sedikit.

Dan ternyata, dia mengomentari blog saya. Dari situ kami sempet melakukan perbincangan sedikit dan hasil dari perbincangan singkat itu adalah.... saya membuka ulang blog saya dari sejak pertama kali di-post!

107 posts saya baca dari awal dan bener kata Citta, banyak yang bisa dipelajari dari keseharian kemarin itu. Tapi banyak juga hal yang nggak berubah. Ternyata dari dulu saya emang kalo nulis itu terlalu melankolis, kebanyakan mikir dan dari komen teman-teman (bahkan dulu hampir SETIAP post ada komen dari teman-teman!) post saya sering terlalu berat. Hahahaha.

Tapi nggak sedikit juga hal yang berubah. Dulu saya kayaknya betah banget nulis panjang-panjang.. Dan sering banget menyatukan cerita keseharian dengan pemikiran. Wah berarti emang sekarang saya yang (sok) terlalu sibuk apa emang nggak punya waktu apa cuma males nulis aja ya?

PS: terima kasih banyak Cit atas inspirasinya untuk membuka post lama yang (kebanyakan) melankolis dan cheesy itu hahahah

Komentar

Anonim mengatakan…
Aaaa baik banget mau nulis ginian :)

iya kita jarang jaraaanggg ngobrol ya huhu, we shoud meet up sometimes Tik!

Postingan populer dari blog ini

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016

Menantang Hujan

Selama ini ia benci Hujan. Ia beli payung berbagai ukuran, jas hujan dengan warna menawan,  sepatu anti air dengan kualitas tak diragukan. Lalu kemudian Hujan tidak datang selama beberapa pekan. Sial, lalu apa gunanya semua perlengkapan? Ia pikir ia benci Hujan. Memang, tapi bukan dalam bentuk "tanpa pertemuan". Ia perlu Hujan. Untuk dilawan. _____________________________________ Kebon Sirih, 27 Februari 2015 di penghujung musim penghujan

Teruntuk Rumput

Teruntuk Rumput di sana, semoga tetap sedia untuk berjalan bersama. Salam, Embun ______________________________________________ Pada suatu hari Rumah, 24 Januari 2015