Akan ada saatnya, kita sangat menginginkan sesuatu. Satu hal yang awalnya kita pikir mustahil. Bahkan mungkin kita tidak pernah terpikir untuk menginginkan hal itu.
Mimpi itu kita beri wujud, kita beri bentuk. Kita namai menjadi sesuatu yang memacu kita untuk berlari.
Kemudian mimpi itu kita gantung di langit. Ya, langit. Bukan langit-langit. Ini menjadikan kita semakin sadar, hal itu bukanlah hal yang bisa kita raih. Terlalu tinggi.
Seberapa tinggi? Tak tahu, bahkan tidak terukur..
Mimpi itu kemudian menjadi alasan mengapa kita belajar. Mimpi itu menjadi tujuan ke mana kita melangkah. Mimpi itu harusnya akan menjadi hadiah dari segala keringat yang harus kita keluarkan.
Sayangnya, kemustahilan itu kemudian menjadi penghalang. Tak jarang kita terjatuh saat mulai beranjak terbang. Tak jarang kita mengeluh saat mulai merasa lelah.
Tak jarang, kita menyerah di tengah perjalanan yang seakan tak pernah berakhir.
Tapi sadarkah kita,
ketika kita menggantungkan mimpi kita di langit, kita tidak pernah berjalan di dalam ruang yang kosong?
Kita bisa bertemu Bintang.
Menyentuh Awan.
Menyapa Burung-burung yang terbang berkeliaran.
Ikut mewarnai Pelangi.
Kalau beruntung, kita bisa bercengkerama dengan Bulan atau membuka percakapan dengan Matahari.
Ya, ini yang kita harus percaya: tidak ada hal yang sia-sia. Meski kita harus terhenti di satu tingkat atmosfer langit, tapi itu cuma sementara.
Mungkin kita hanya diminta istirahat karena terlalu lelah. Atau diminta meresapi pelajaran yang sudah diperoleh dan mengaplikasikannya dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Jangan berhenti terbang.
Komentar