Langsung ke konten utama

Menu Hari Ini

Kali ini kamu memilih teri. Diselingi dengan ayam goreng dan sambal terasi. Sederhana, tapi membantu menambah variasi dari kehidupan nyata yang monoton dan tanpa henti.

Lain waktu kamu hanya mengambil tahu. Dengan sedikit siraman kuah labu, menyantapnya datar sekadar mengisi waktu. Terlihat jelas itu bukan favoritmu.

Ketika ada perayaan besar, daging panggang mewah terhidang bersama pendamping saus tartar. Kamu menikmatinya dengan sabar, memotongnya perlahan agar tidak cepat habis tanpa sadar.

Satu hal yang selalu saya perhatikan, selalu ada nasi putih yang jadi pasangan. Apapun yang jadi pilihan, nasi putihmu dengan setia menemani setiap suapan.

Saya percaya kamu tidak lupa dengan kehadirannya. Kamu hanya terlalu terbiasa ia ada. Kamu percaya dan tahu pasti ia akan selalu di sana, tanpa kamu minta.
Mendengarkan keluhanmu tentang masakan yang kurang asin,
Tersenyum melihatmu menghabiskan sayur dengan lahap,
Tertawa diam-diam atas perjuanganmu melawan duri halus dalam ikan kali itu

Saya hanya membayangkan,
jika nasimu pergi, apa kamu kehilangan?
Jika ia habis, apa kamu akan cari pelarian?

Apa ia masih ingin ada lagi, dalam menu hari ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016

Menantang Hujan

Selama ini ia benci Hujan. Ia beli payung berbagai ukuran, jas hujan dengan warna menawan,  sepatu anti air dengan kualitas tak diragukan. Lalu kemudian Hujan tidak datang selama beberapa pekan. Sial, lalu apa gunanya semua perlengkapan? Ia pikir ia benci Hujan. Memang, tapi bukan dalam bentuk "tanpa pertemuan". Ia perlu Hujan. Untuk dilawan. _____________________________________ Kebon Sirih, 27 Februari 2015 di penghujung musim penghujan

Teruntuk Rumput

Teruntuk Rumput di sana, semoga tetap sedia untuk berjalan bersama. Salam, Embun ______________________________________________ Pada suatu hari Rumah, 24 Januari 2015