Langsung ke konten utama

Malam Kelam, Diam.

Kali ini ia hanya duduk di pinggir jendela, menikmati malam di dalam secangkir kopi hitam. Perlahan diaduknya cairan penuh kafein yang sudah mendingin, sekadar membentuk pusaran agar tidak membosankan. Tidak ada suara. Hanya denting besi sendok beradu dengan melamin murahan yang jadi pasangannya.

Kali ini ia hanya duduk di pinggir jendela, menikmati kelam di dalam secangkir kopi hitam. Perlahan diketuknya kenangan yang sudah berkarat tersimpan, sekadar memastikan mereka masih ada dan tidak lenyap dimakan zaman. Tidak ada kejutan. Hanya putaran video lama berulang-ulang dengan luka dan tawa yang sama.

Kali ini ia masih duduk di pinggir jendela, menikmati diam di dalam secangkir kopi hitam. Perlahan dipanggilnya jiwa yang sedang melanglang buana entah di mana.

.. tidak ada balasan..

Maka kini ia pun tetap terduduk di pinggir jendela. Tanpa nyawa.



-tulisan acak pada salah satu malam bulan sabit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

What do you think

S aya baru sadar kalo saya ternyata sangat gampang kebawa trend. No, no, I don't mean fashion and those kinda stuffs. What I mentioned here is: cyber-social network . Looks familiar, huh? Zaman sekarang rasanya eksistensi orang nggak cuma diitung dari panjangnya meja kantin yang mereka butuhin buat makan bareng se-geng nya ( notes: no offense ), atau banyaknya vote dari adek kelas pas polling majalah sekolah "kakak ter-...". Keberadaan di dunia maya juga dipertanyakan. Coba deh, kalo ada yg kenalan, pasti nggak berapa lama bakal nanya: " punya facebook nggak? " atau " ada msn nggak? " Jawaban negatif dari pertanyaan ini bakal mengundang pemikiran yang setara dengan: " hari gini nggak punya handphone? " Pergaulan sekarang udah meluas. Dulu orang cari temen lewat surat, cari sahabat pena. Beberapa waktu kemudian, HP udah jadi pegangan wajib bahkan merambah ke babysitter dan anak TK. Pacaran pun dimulai dengan kenalan lewat sms-an. Seka...

Hujan

Hujan bukan cuma punya langit. Dingin bukan cuma punya malam. Malam ini hujan lagi, deras. Dingin lagi menggigit, menggigil. Percuma diri berpayung, hujan sendiri lebih deras. Lebih dingin, lebih pekat dari gelap. Jakarta, 01 Feb 09

Painter of Life

img searched in Google saya baru baca notes dari temen SMP saya , namanya Vincent. Tapi kita manggil dia Opaz. I won't talk about him but the notes itself. saya copy aja yaa: "Suatu hari ada pelukis yang sedang menyelesaikan gambarnya di atap suatu gedung tinggi. Lukisannya sangat indah, menggambarkan pemandangan langit dan seisi kota. Di sekitarnya juga ada orang-orang lain yang ikut melukis. Mereka juga mengagumi kepiawaian sang pelukis tadi. Ketika gambar sang pelukis hampir jadi, ia mundur untuk melihatnya dari jauh. Mundur, mundur, semakin lama semakin jauh. Ia tidak sadar bahwa selangkah lagi ia bisa terjatuh dari gedung tinggi itu. Seseorang yang sedang memperhatikan lukisannya tersadar akan bahaya tersebut. Namun ia berpikir, jika ia berteriak siapa tahu justru sang pelukis akan terjatuh karena kaget. Oleh karena itu ia mengambil kuas dan mencoret-coret lukisan sang pelukis. Tentu saja sang pelukis marah, ia pun berlari dan hampir memukul orang itu. Tapi setelah t...