Langsung ke konten utama

About Giving (Too Much)

Mungkin ada saat di mana kita mau menyerah ketika merasa kita terlalu banyak memberi. Ketika itulah, rasanya apa yang kita lakukan semuanya sia-sia, bahwa apa yang kita dapatkan itu nggak sepadan. Terus, muncul satu perasaan paling mengesalkan: penyesalan.

But, is giving too much the actual reason why we quit?

I guess not.

Ketika kita merasa giving too much, saat itulah konsep "hitung-hitungan" sudah muncul di kepala. Padahal, nggak semua hal bisa didasarkan pada hal tersebut. Mungkin, itulah yang dilakukan oleh orang yang rasional. Tapi apa iya, hidup kita semuanya dijalankan hanya dan hanya pada logika?

In my humble opinion, mungkin alasan kenapa kita merasa sia-sia adalah karena kita sudah kehabisan alasan untuk melakukan itu.

Atau,
karena kita sudah nggak lagi percaya alasan itu ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016

Menantang Hujan

Selama ini ia benci Hujan. Ia beli payung berbagai ukuran, jas hujan dengan warna menawan,  sepatu anti air dengan kualitas tak diragukan. Lalu kemudian Hujan tidak datang selama beberapa pekan. Sial, lalu apa gunanya semua perlengkapan? Ia pikir ia benci Hujan. Memang, tapi bukan dalam bentuk "tanpa pertemuan". Ia perlu Hujan. Untuk dilawan. _____________________________________ Kebon Sirih, 27 Februari 2015 di penghujung musim penghujan

Teruntuk Rumput

Teruntuk Rumput di sana, semoga tetap sedia untuk berjalan bersama. Salam, Embun ______________________________________________ Pada suatu hari Rumah, 24 Januari 2015