Langsung ke konten utama

Some things better left un...known?

Tahun ketiga kuliah ini rasanya saya semakin sering menemukan pertanyaan (atau pernyataan?) berbunyi "sepertinya saya salah masuk jurusan (?)". Nggak di keluhan singkat dalam percakapan sehari-hari, diskusi serius tentang kehidupan, dan juga di lini waktu media sosial sebelah yang isinya 80% komplain.

Yang anak DKV merasa belajar bisnis lebih menarik. Yang jurusan kedokteran merasa ilmu politik cukup interesting. Yang anak bisnis pengen banget belajar desain. Berputar aja terus begini, nggak ada habisnya.

Tapi begitulah.. Manusia nggak pernah puas. Rumput tetangga akan selalu lebih hijau.

Ah, klise... Tapi sepertinya memang iya, saya akui. Semakin kita tau sesuatu semakin dalam, semakin kita tau jeleknya, semakin besar kemungkinan kita merasa berada di tempat yang 'salah'. Kita akan melihat hal lain di luar sana itu lebih baik.

Tapi kata siapa?

Di sini, saya nggak mau menggurui apapun. Saya bukan mau menyentil hati nurani untuk perbanyak bersyukur. Hanya saja, coba deh bayangkan. Anggap sekarang saya, berkuliah di satu kampus. Sebut lah P. Saya sudah menjadi bagian dari P ini. Saya tau, P ini punya nama baik di luar sana, tapi karena saya berada di dalamnya, saya juga tau jelek-jeleknya yang mungkin orang lain nggak bisa liat. Lalu kemudian saya melihat teman saya yang kuliah di S. Saya menganggap S itu bagus banget, lebih baik dibandingkan kampus P yang saya tinggali sekarang.

Tapi, siapa yang menjamin kalau saya kuliah di S, saya nggak akan merasa menyesal? Justru hal yang sama akan terjadi juga, di mana saya jadi tau keburukan S yang nggak bisa saya liat dulu sebelum saya menjadi bagian dari S ini.


Sama halnya ketika kita belajar sesuatu. Anggaplah sekarang saya kuliah bisnis. Saya yang sebelumnya buta banget bisnis itu sebenarnya belajar apa, jadi terbuka matanya tentang apa risiko dan tantangan yang dihadapi. Kemudian muncul penyesalan, apa iya saya pantas di sini? Kayaknya belajar teknologi pangan lebih asik.


Tapi, siapa yang menjamin kalau saya waktu itu dijalankan di jurusan yang lain, saya nggak akan merasa menyesal? Pasti hal yang sama akan terjadi, karena saya jadi tau seluk beluknya  seperti apa.

Nah, kalau begini, kapan selesainya?

The more you know, the more confused you get. Apa iya?

Ternyata, ada seorang wise yang menjawab begini:
"Knowledge won't help you with confusion. It will only add more data to the problem you are facing.You need to develop understanding in order to clear up confusion, but knowledge itself is a tool of understanding.
What I'm trying to say is that you need knowledge to help you understand and thereby clear up your confusion. It isn't a volume that you need, it is just the right knowledge to deal with whatever area is causing you confusion." - Derek T (source) 
.......


Silakan merenung :)

Komentar

Rino mengatakan…
ada pepatah, pertimbangan hanya membuat bimbang, putuskan!
Riris Asti Respati mengatakan…
atikaaaa suka banget :) I feel you dear :""""")
benedikta atika mengatakan…
@rino: nice banget itu pepatahnya hahaha

@riris: hihi iya nih, sebenernya pengalaman pribadi banget sih ini haha

Postingan populer dari blog ini

What do you think

S aya baru sadar kalo saya ternyata sangat gampang kebawa trend. No, no, I don't mean fashion and those kinda stuffs. What I mentioned here is: cyber-social network . Looks familiar, huh? Zaman sekarang rasanya eksistensi orang nggak cuma diitung dari panjangnya meja kantin yang mereka butuhin buat makan bareng se-geng nya ( notes: no offense ), atau banyaknya vote dari adek kelas pas polling majalah sekolah "kakak ter-...". Keberadaan di dunia maya juga dipertanyakan. Coba deh, kalo ada yg kenalan, pasti nggak berapa lama bakal nanya: " punya facebook nggak? " atau " ada msn nggak? " Jawaban negatif dari pertanyaan ini bakal mengundang pemikiran yang setara dengan: " hari gini nggak punya handphone? " Pergaulan sekarang udah meluas. Dulu orang cari temen lewat surat, cari sahabat pena. Beberapa waktu kemudian, HP udah jadi pegangan wajib bahkan merambah ke babysitter dan anak TK. Pacaran pun dimulai dengan kenalan lewat sms-an. Seka...

Hujan

Hujan bukan cuma punya langit. Dingin bukan cuma punya malam. Malam ini hujan lagi, deras. Dingin lagi menggigit, menggigil. Percuma diri berpayung, hujan sendiri lebih deras. Lebih dingin, lebih pekat dari gelap. Jakarta, 01 Feb 09

Painter of Life

img searched in Google saya baru baca notes dari temen SMP saya , namanya Vincent. Tapi kita manggil dia Opaz. I won't talk about him but the notes itself. saya copy aja yaa: "Suatu hari ada pelukis yang sedang menyelesaikan gambarnya di atap suatu gedung tinggi. Lukisannya sangat indah, menggambarkan pemandangan langit dan seisi kota. Di sekitarnya juga ada orang-orang lain yang ikut melukis. Mereka juga mengagumi kepiawaian sang pelukis tadi. Ketika gambar sang pelukis hampir jadi, ia mundur untuk melihatnya dari jauh. Mundur, mundur, semakin lama semakin jauh. Ia tidak sadar bahwa selangkah lagi ia bisa terjatuh dari gedung tinggi itu. Seseorang yang sedang memperhatikan lukisannya tersadar akan bahaya tersebut. Namun ia berpikir, jika ia berteriak siapa tahu justru sang pelukis akan terjatuh karena kaget. Oleh karena itu ia mengambil kuas dan mencoret-coret lukisan sang pelukis. Tentu saja sang pelukis marah, ia pun berlari dan hampir memukul orang itu. Tapi setelah t...