Langsung ke konten utama
Dalam sebuah kompetisi, akan selalu ada yang menang dan kalah. Itu namanya mutlak, hukum alam, nggak bisa diganggu gugat. Dan biasanya untuk membesarkan hati ke yang kalah, kemudian akan muncul nasihat yang berbunyi "yang penting bukan menang atau kalahnya, yang penting kita udah kerja semaksimal yang kita bisa".

Mungkin menjadi kalah itu emang nggak buruk. Yang bikin itu terasa buruk ketika yang kalah nggak bisa menerima kekalahannya.

Biasanya, setelah luapan kemarahan dan kekecewaan muncul (ada yang menyumpah serapah, ada yang menghabiskan air mata, ada yang menyalahkan sekitarnya), pertanyaan-pertanyaan akan muncul. Pertanyaan dimulai dengan kata "kenapa", dan diikuti dengan subjek: si yang kalah itu sendiri dan si pemenang.

Kenapa saya kalah?
Kenapa dia yang malah menang?
Kenapa saya nggak pernah menang?

Mungkin itu teguran, biar nggak sombong. Seenggaknya jadi tau bahwa kerja keras yang udah dilakukan belum cukup untuk memperoleh hasil yang maksimal. Seenggaknya bisa belajar untuk ke depannya. Seenggaknya bisa punya motivasi untuk mengembangkan diri.

Mungkin menjadi kalah emang nggak buruk, andaikan saya bisa berpikir sepositif tulisan saya ini. Ups.. Jadi curhat. Hahaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016

Menantang Hujan

Selama ini ia benci Hujan. Ia beli payung berbagai ukuran, jas hujan dengan warna menawan,  sepatu anti air dengan kualitas tak diragukan. Lalu kemudian Hujan tidak datang selama beberapa pekan. Sial, lalu apa gunanya semua perlengkapan? Ia pikir ia benci Hujan. Memang, tapi bukan dalam bentuk "tanpa pertemuan". Ia perlu Hujan. Untuk dilawan. _____________________________________ Kebon Sirih, 27 Februari 2015 di penghujung musim penghujan

Teruntuk Rumput

Teruntuk Rumput di sana, semoga tetap sedia untuk berjalan bersama. Salam, Embun ______________________________________________ Pada suatu hari Rumah, 24 Januari 2015