Langsung ke konten utama

Surga Dunia


Lokasinya sekitar 2 jam penerbangan dari Soekarno Hatta, mengarah ke barat laut. Pulau besar yang juga sempat hancur karena tsunami waktu itu sekarang udah recovery dan bahkan disebut-sebut sebagai tujuan wisata utama di Asia, sering disejajarkan dengan Bali.

Satu hal yang bener-bener menyenangkan, tempat ini bisa untuk wisata pantai dan gunung! Gunung dalam arti... beneran gunung. Ada air terjun, jalan super menanjak, bahkan lebih curam dari jalanan menuju Puncak waktu saya ke sana. Dan itulah kenapa menurut saya, Phuket beneran kayak surga yang ngasih apa aja.

Good place
Waktu kemarin saya ke sini, saya stay di daerah Patong selama 6 hari. Di sini daerahnya rame banget, banyak kafe, night club, pedagang-pedagang makanan pinggir jalan, pokoknya bener-bener pusat keramaian. Mungkin kalo diumpamain, ini adalah Kuta-nya Phuket. Nggak salah juga sebenernya, soalnya kalo dibandingkan dengan daerah lain seperti Kamala Beach, Phang Nga, dan sebagainya, kelihatannya Patong itu jauh lebih rame..

Patong Beach

Selain sering main-main ke Patong Beach yang berjarak 20 menit jalan kaki dari hotel tempat saya menginap, saya sekeluarga juga mengikuti tur ke pulau-pulau sekitar. Sebenernya tur yang ditawarin berbagai agen wisata itu banyak banget, ada yang ke James Bond Island, Krabi, Samui, dan sebagainya. Tapi karena waktu yang kami miliki terbatas, akhirnya kami memilih untuk ikut tur ke Phi Phi Island, gugusan pulau-pulau kecil yang pantainya sungguh.....astaganaga bagusnya.

Tur yang saya ikuti memakan waktu seharian penuh, kami berangkat pukul 8 pagi ke pelabuhan dan memulai kunjungan pertama dengan speed boat. Pulau yang kami kunjungi itu Maya Bay (tempat shooting The Beach-nya Leonardo Di Caprio), Phi Phi Don, Khai Island, dan satu lagi saya lupa namanya. Pokoknya di pulau yang satu lagi ini kami boleh snorkeling dan ngeliat monyet-monyet di pinggiran pantai.

Maya Bay

Saya nggak berhenti takjub setiap menginjakkan kaki di pantai-pantai itu. Bagus... banget. Parah. Pasirnya halus dan putih banget, airnya jernih dan saking jernihnya, ikan-ikan beneran kelihatan walaupun cuma dilihat dari atas speed boat. Bahkan di Khai Island, ikan-ikan itu sendiri yang mendatangi kita di tepi pantai. Mereka nggak takut dideketin, bahkan mereka yang lebih sering nempel-nempel dan gigit-gigit kecil mengira bakal dikasih makan.

Big Buddha

Sayang sekali saya nggak bisa mengikuti tur ke tempat lainnya karena waktu yang terbatas, tapi buat saya, ini udah cukup banget membuat liburan kemarin sangat bermakna. Setidaknya, walaupun sebenernya di inbox email banyak laporan sedang menunggu, dan ujian di depan mata, saya bisa melupakan sejenak apa yang menjadi beban saya belakangan..

Good Food
Beruntung, keluarga saya adalah tipe penyuka makanan yang bisa dibilang berani. Kami semua suka makanan yang spicy, nggak masalah dengan makan makanan di warung pinggiran jalan selama itu kotornya nggak keterlaluan dan selama rasanya tidak terlupakan.

Preferensi tersebut membuat wisata kuliner kami di Phuket kemarin sangat sukses! Dari tom yam yang asem pedesnya nggak tau lagi, som tam si salad pepaya yang juga nggak kalah 'berani', fresh oyster yang sambelnya parah enaknya, sampe noodle soup yang sedikit manis tapi cukup berhasil menghangatkan perut dengan rasanya yang nggak terlupakan. Beruntung juga, harga makanan yang kami temuin ini juga nggak menguras kantong banget. Justru karena bukan di restoran yang terlalu mewah, makanan ini terasa sangat original. Kami juga menghindari tempat makan yang terlalu banyak orang Eropanya karena taste-nya cenderung kurang spicy dari harapan hehee..

Noodle Soup

Mungkin buat mereka yang nggak bisa makan pedes, atau perutnya terlalu sensitif, emang harus memilih jenis makanan yang lebih aman. Perut saya juga sebenernya cuma tahan beberapa hari sebelum menunjukkan gejala-gejala 'penolakan'. Tapi makanan Thai yang lain bisalah dinikmati. Jangan lupa, kalo nggak suka susu, penjelasan akan Ice Coffee dan Ice Tea harus dijelasin dengan super ekstra. Soalnya, dari pengalaman kemarin, yang namanya kedua minuman tersebut pasti yang dimaksud adalah minuman kopi/teh yang udah dicampur creamer dan susu kental manis. Kalo mau kopi biasa, pesennya Hot Black Coffee aja plus es batu, dan kalo mau teh biasa, paling adanya lemon tea.

Great Escape
Nggak salah kalo pengalaman kemaren bener-bener menjadi penutup yang manis untuk tahun 2010 saya yang cukup..... berat. Saya sih berharapnya dalam waktu dekat bisa menyelesaikan petualangan yang masih tertunda. Mungkin suatu waktu kita bisa bertemu di sana ;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

What do you think

S aya baru sadar kalo saya ternyata sangat gampang kebawa trend. No, no, I don't mean fashion and those kinda stuffs. What I mentioned here is: cyber-social network . Looks familiar, huh? Zaman sekarang rasanya eksistensi orang nggak cuma diitung dari panjangnya meja kantin yang mereka butuhin buat makan bareng se-geng nya ( notes: no offense ), atau banyaknya vote dari adek kelas pas polling majalah sekolah "kakak ter-...". Keberadaan di dunia maya juga dipertanyakan. Coba deh, kalo ada yg kenalan, pasti nggak berapa lama bakal nanya: " punya facebook nggak? " atau " ada msn nggak? " Jawaban negatif dari pertanyaan ini bakal mengundang pemikiran yang setara dengan: " hari gini nggak punya handphone? " Pergaulan sekarang udah meluas. Dulu orang cari temen lewat surat, cari sahabat pena. Beberapa waktu kemudian, HP udah jadi pegangan wajib bahkan merambah ke babysitter dan anak TK. Pacaran pun dimulai dengan kenalan lewat sms-an. Seka

Tour de Java

Akhirnya, I'm home! Ternyata kadang-kadang rumah bisa jadi sangat menyenangkan ya. Hehe. Jadi ceritanya saya baru pulang dari Jawa Tengah nih, niatnya kan cuma ke Solo menengok eyang, tapi ternyata perhentiannya banyak banget. Jadi di hari pertama saya berangkat dari Jakarta emang udah agak siang, jam 1an gitu. Saya sekeluarga emang udah biasa bermobil ke Solo, tapi untuk yang ini baru pertama kalinya kita lewat jalur selatan. Ternyata jalur selatan tuh beda banget sama Pantura. Jalannya kelok-kelok, bikin mual. Jarang ada toilet lagi, mana kalo gelap tuh ya beneran gelap dan berbahaya. Jadi yaaa.. susah deh pokoknya. Perhentian pertama kita adalah Purwokerto . Kami baru sampe hotel jam setengah 2an pagi setelah melewati perjalanan yang panjang sekali. Ngantuk banget, mual, bokap ngomel-ngomel pula. Lengkap deh capeknya. Niatnya siangnya kita mau ke Baturaden , tapi karena ternyata nggak sedekat yang kami kira, akhirnya abis breakfast kita langsung checkout dan menuju perhentian ke

Drama queen

Beberapa waktu yang lalu, temen sekelas saya, Nia, membuat notes di Facebook. Maaf saya nggak punya url nya, tapi ini sedikit repost dari apa yang dia tulis di situ. "Kita itu aneh, kita nggak suka untuk jadi sedih tapi kita menikmati itu. Bisa dibilang kita sering memanjakan sisi melankolis kita dan mendramatisasi semuanya. Pas kita abis putus, kita justru sengaja ngeliatin foto-foto bareng mantan pacar, ngeliatin barang kenangan, dengerin lagu mellow. Kita ngelakuin hal yang kita tau bakal bikin kita tambah sedih, tapi tetep aja kita ngelakuin hal itu. Kita menikmatinya !" Yaa begitulah kira-kira beberapa kalimat yang merangkum notes tersebut. Nggak persis sama sih, tapi intinya begitu. Dan kemaren, saya abis ngobrol panjang dengan temen dekat saya. Dari dulu saya emang nggak punya kemampuan cukup untuk nahan air mata saya, jadi suatu kali ketika akhirnya saya nggak bisa nahan emosi, temen saya itu nanya "kenapa lo harus nangis kalo bikin lo tambah sedih,