Langsung ke konten utama

Kertas

"Dia ga sadar dia itu kertas, yang hidupnya ditulis sama orang lain"

Itu kata-kata yang kelihatannya terlalu melankolis. Dan tebak itu muncul darimana.

Bukan dari film yang saya tonton (mengingat belakangan otak saya nggak kuat nonton film berbobot). Bukan dari buku yang saya baca (apalagi sekarang saya udah jarang baca lagi..). Bukan dari alter ego saya yang suka muncul kalo menulis blog dan membuat saya suka mengeluarkan kata-kata yang terdengar sok dewasa.

Kata-kata itu muncul dari mimpi.

Oke, mungkin ini aneh.. Tapi saya juga nggak ngerti kenapa kata-kata itu muncul gitu aja di mimpi saya, apalagi ceritanya hal tersebut diucapkan seseorang yang entah siapa ke saya. Seakan itu membicarakan saya..

Dan ketika saya bangun, kalimat itu terus terulang-ulang. Saya juga nggak ngerti kenapa. Mungkin ini cuma sekedar pesan dari alam bawah sadar saya. Sedikit menyadarkan, kalo kita boleh punya harapan dan keinginan sendiri. Toh hidup ini hidup kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016

Menantang Hujan

Selama ini ia benci Hujan. Ia beli payung berbagai ukuran, jas hujan dengan warna menawan,  sepatu anti air dengan kualitas tak diragukan. Lalu kemudian Hujan tidak datang selama beberapa pekan. Sial, lalu apa gunanya semua perlengkapan? Ia pikir ia benci Hujan. Memang, tapi bukan dalam bentuk "tanpa pertemuan". Ia perlu Hujan. Untuk dilawan. _____________________________________ Kebon Sirih, 27 Februari 2015 di penghujung musim penghujan

Teruntuk Rumput

Teruntuk Rumput di sana, semoga tetap sedia untuk berjalan bersama. Salam, Embun ______________________________________________ Pada suatu hari Rumah, 24 Januari 2015