Langsung ke konten utama

Lagi: Kenapa?

Saya sering iri sama mereka yang bisa tertawa walaupun ada masalah besar di kepalanya.
Saya juga iri melihat mereka yang bisa berpikir luas tentang dunia dan bisa melakukan hal yang nyata.

Saya nggak bisa berhenti bertanya, kenapa yang saya bisa cuma menyusun kata tanya yang nggak ketemu juga apa jawabnya?

Walaupun mungkin ada,
tapi kenapa saya nggak pernah tau di mana?

Atau mungkin ini semua,
karena saya yang terlalu suka berada dalam drama?

Apa kamu juga?

Komentar

Anselmus Randy Marsha mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anselmus Randy Marsha mengatakan…
Lagi galau ya? Hahahaha.

Postingan populer dari blog ini

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016

Menantang Hujan

Selama ini ia benci Hujan. Ia beli payung berbagai ukuran, jas hujan dengan warna menawan,  sepatu anti air dengan kualitas tak diragukan. Lalu kemudian Hujan tidak datang selama beberapa pekan. Sial, lalu apa gunanya semua perlengkapan? Ia pikir ia benci Hujan. Memang, tapi bukan dalam bentuk "tanpa pertemuan". Ia perlu Hujan. Untuk dilawan. _____________________________________ Kebon Sirih, 27 Februari 2015 di penghujung musim penghujan

Teruntuk Rumput

Teruntuk Rumput di sana, semoga tetap sedia untuk berjalan bersama. Salam, Embun ______________________________________________ Pada suatu hari Rumah, 24 Januari 2015