Langsung ke konten utama

Halo

Saya sebenernya nggak ngerti, ini jahat atau sombong. Atau autis atau antisosial. Yang jelas begini keadaannya.

Dulu, saya tipe orang yang 'rang-ring-rang-ring' di mana setiap telpon rumah bunyi, pasti buat saya. Bukan berarti HP saya juga nggak bunyi lho. Pokoknya ada aja telepon, nggak dari pacar nanyain kabar, dari sahabat minta cerita, bahkan dari temen kelas yang sekedar nanya ulangan.

Yang jelas selalu ada teman bicara di telepon berjam-jam ngomongin hal dari yang penting bikin berantem sampe nggak penting cuma untuk ngabisin bonus pulsa.

Dulu, saya tipe orang yang 'tring-tring' suara MSN messenger ataupun Skype saling berlomba dan adaaaaa aja chat yang masuk. Nggak dari pacar yang nanyain kabar (kalo lagi nggak telepon), sahabat dekat yang ga ada pulsa, atau sekedar teman yang berlokasi jauh untuk bertukar kabar,

Pokoknya selalu ada alasan untuk memindahkan windows dari Ms.Word ke MSN Messenger.

Dan sekarang saya kehilangan semua itu.
Mgkn ada yg bilang teknologi canggih mengalahkan segalanya.
Mungkin SMS tergantikan BBM.
Atau katanya telepon digantikan Skype.

Tapi sekarang?

Ah...

Tanya aja siapa yang paling ansos di kalangan temen-temen deket saya. Mungkin jawabannya saya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

What do you think

S aya baru sadar kalo saya ternyata sangat gampang kebawa trend. No, no, I don't mean fashion and those kinda stuffs. What I mentioned here is: cyber-social network . Looks familiar, huh? Zaman sekarang rasanya eksistensi orang nggak cuma diitung dari panjangnya meja kantin yang mereka butuhin buat makan bareng se-geng nya ( notes: no offense ), atau banyaknya vote dari adek kelas pas polling majalah sekolah "kakak ter-...". Keberadaan di dunia maya juga dipertanyakan. Coba deh, kalo ada yg kenalan, pasti nggak berapa lama bakal nanya: " punya facebook nggak? " atau " ada msn nggak? " Jawaban negatif dari pertanyaan ini bakal mengundang pemikiran yang setara dengan: " hari gini nggak punya handphone? " Pergaulan sekarang udah meluas. Dulu orang cari temen lewat surat, cari sahabat pena. Beberapa waktu kemudian, HP udah jadi pegangan wajib bahkan merambah ke babysitter dan anak TK. Pacaran pun dimulai dengan kenalan lewat sms-an. Seka...

Drama queen

Beberapa waktu yang lalu, temen sekelas saya, Nia, membuat notes di Facebook. Maaf saya nggak punya url nya, tapi ini sedikit repost dari apa yang dia tulis di situ. "Kita itu aneh, kita nggak suka untuk jadi sedih tapi kita menikmati itu. Bisa dibilang kita sering memanjakan sisi melankolis kita dan mendramatisasi semuanya. Pas kita abis putus, kita justru sengaja ngeliatin foto-foto bareng mantan pacar, ngeliatin barang kenangan, dengerin lagu mellow. Kita ngelakuin hal yang kita tau bakal bikin kita tambah sedih, tapi tetep aja kita ngelakuin hal itu. Kita menikmatinya !" Yaa begitulah kira-kira beberapa kalimat yang merangkum notes tersebut. Nggak persis sama sih, tapi intinya begitu. Dan kemaren, saya abis ngobrol panjang dengan temen dekat saya. Dari dulu saya emang nggak punya kemampuan cukup untuk nahan air mata saya, jadi suatu kali ketika akhirnya saya nggak bisa nahan emosi, temen saya itu nanya "kenapa lo harus nangis kalo bikin lo tambah sedih, ...

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016