Langsung ke konten utama

Internship Madness Part 2

Oke. Menurut penanggalan kalender, dua hari lagi saya akan mengakhiri masa kerja saya sebagai
pegawai magang di PT 3M Indonesia. Kalo diliat dari posting saya di sini, variasi kerjaan saya nggak banyak berubah. Kasarnya sih bisa dibilang kerjaan saya "input terus sampe mampus!"

Walaupun begitu, banyak hal yang bisa saya dapet. Banyak banget. Kayak misalnya, waktu saya bantu-bantu bungkusin gimmicks yang bakal dibawa untuk seminar. Lumayan banyak, kira-kira ada 150 bingkisan yang harus saya susun. Capek sih, udah gitu nggak cuma sekali dua kali saya diminta bikin itu. Apalagi produk yang dijadiin gimmicks tuh sangat menggoda iman. Kecil-kecil, warna warni, dan menarik! Hahahha. Ini lebih berat rasanya ketika saya punya obsesi tertentu tentang stationery. Rasanya nggak tahan banget ada deket-deket barang kayak gitu. Dan kayaknya sih ke-mupeng-an saya itu keliatan sama rekan saya, jadilah waktu itu saya dioleh-olehin Scotch Tape sama Post-It Notes di hari lainnya :D lucky me!

Hehe. Tapi sebenernya maksud saya mendapat banyak hal bukan dari itu sih, hehe. Sejak di minggu kedua magang, saya berusaha menikmati kerjaan saya.. Percuma rasanya saya mengeluh akan jenis pekerjaan yang mungkin terlihat 'kurang intelek'. Saya pun meningkatkan kepekaan dan sifat kritis saya. Jadilah akhirnya sambil menjilid katalog, lipet-lipet brosur, saya tanya ini itu ke rekan semeja dan pembimbing. Dari tanya tentang produk yang brosurnya lagi saya bungkusin sampe tentang atasan baru.

Nggak jarang saya juga meluangkan waktu untuk browsing dari intranet kantor. Banyak juga lho fakta-fakta yang saya baru tau tentang perusahaan tempat saya bertempat sebulan ini. Saya baru sadar kalo perusahaan ini super duper besar dengan produk yang lebih dari 60.000 produk! Gila yaa... Lingkupnya juga luas banget. Dari transportation, medical care, sampe display and graphic.

Setelah 3 minggu di sini, saya juga baru tau ternyata group tempat saya bekerja itu emang bagian yang divisinya cukup banyak. Dan di divisi ini, saya nggak megang produk retail kayak Post It dsb. Soalnya emang divisi saya ini biasanya marketnya Business-to-Business (B2B). Pantesan saya nggak pernah liat produknya.

Mau tau contohnya?



Itu adalah contoh graphic film. Nantinya kartu warna-warni itu bakal jadi papan nama (signage) yang biasa diliat di jalan-jalan. Contohnya kayak papan atm di bank, logo perusahaan di gedung-gedung ataupun di kacanya, yaaa sejenis begitulah. Dari divisi ini juga dibuat papan rambu lalu lintas dan marka jalan. Cool kan? Hahha

Selain itu ada juga produk perlindungan keselamatan kerja yang biasanya dimiliki sama industri-industri kayak pertambangan, penerbangan, dsb. Kayak masker, pelindung telinga, reflective strip (stiker mencolok yang mengkilat di baju pekerja), helm las, dan masih banyak lagi.

Dan tau nggak, ternyata produk 3M mencetak sejarah lho! Ini buktinya:


image by 3M

Saya kagum banget deh sama perusahaan yang satu ini. Subjektif mungkin. Tapi beneran deh, menurut saya ini perusahaan emang super inovatif. Mungkin suatu hari nanti, kalo skill saya sudah mencukupi, saya bisa jadi bagian dari mereka lagi? Dengan jabatan yang 'lebih' mungkin yaa.. Hihi. Amiin..

Selain pengetahuan tentang company itu bertambah, saya juga belajar banyak banget dari cara kerja para karyawan di sini. Situasi siang yang dipenuhi orang bolak balik bawa kertas dan semua telepon berdering rasanya hectic emang banget. Kadang saya sampe hafal itu ringtone HP nya siapa, dan dia bakal ngangkat selama apa. Tapi di balik itu, semua merupakan pelajaran buat saya. Dari ngeliat mereka mengatasi stress karena deadline, menyelesaikan konflik internal, menanggapi complain customer.

Well, mungkin saya emang sering banget ngeluh. Capek ini, bosen itu. Padahal kalo dipikir, saya cuma kerja sebulan di situ. Saya cuma membantu sedikiiittt dari sekian besar beban yang para pegawai di sana tanggung. Bayangin aja mereka, atau nggak jauh-jauh deh..Bayangin orang tua kita. Kerja bertahun-tahun untuk hidup. Dengan tanggung jawab super besar, tekanan super berat, dan lingkungan yang lebih kejam.

Saya pun sebenernya nggak sadar ini sebelum saya nulis posting ini. Ckck manusia emang susah bersyukur yaa..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

What do you think

S aya baru sadar kalo saya ternyata sangat gampang kebawa trend. No, no, I don't mean fashion and those kinda stuffs. What I mentioned here is: cyber-social network . Looks familiar, huh? Zaman sekarang rasanya eksistensi orang nggak cuma diitung dari panjangnya meja kantin yang mereka butuhin buat makan bareng se-geng nya ( notes: no offense ), atau banyaknya vote dari adek kelas pas polling majalah sekolah "kakak ter-...". Keberadaan di dunia maya juga dipertanyakan. Coba deh, kalo ada yg kenalan, pasti nggak berapa lama bakal nanya: " punya facebook nggak? " atau " ada msn nggak? " Jawaban negatif dari pertanyaan ini bakal mengundang pemikiran yang setara dengan: " hari gini nggak punya handphone? " Pergaulan sekarang udah meluas. Dulu orang cari temen lewat surat, cari sahabat pena. Beberapa waktu kemudian, HP udah jadi pegangan wajib bahkan merambah ke babysitter dan anak TK. Pacaran pun dimulai dengan kenalan lewat sms-an. Seka...

Hujan

Hujan bukan cuma punya langit. Dingin bukan cuma punya malam. Malam ini hujan lagi, deras. Dingin lagi menggigit, menggigil. Percuma diri berpayung, hujan sendiri lebih deras. Lebih dingin, lebih pekat dari gelap. Jakarta, 01 Feb 09

Painter of Life

img searched in Google saya baru baca notes dari temen SMP saya , namanya Vincent. Tapi kita manggil dia Opaz. I won't talk about him but the notes itself. saya copy aja yaa: "Suatu hari ada pelukis yang sedang menyelesaikan gambarnya di atap suatu gedung tinggi. Lukisannya sangat indah, menggambarkan pemandangan langit dan seisi kota. Di sekitarnya juga ada orang-orang lain yang ikut melukis. Mereka juga mengagumi kepiawaian sang pelukis tadi. Ketika gambar sang pelukis hampir jadi, ia mundur untuk melihatnya dari jauh. Mundur, mundur, semakin lama semakin jauh. Ia tidak sadar bahwa selangkah lagi ia bisa terjatuh dari gedung tinggi itu. Seseorang yang sedang memperhatikan lukisannya tersadar akan bahaya tersebut. Namun ia berpikir, jika ia berteriak siapa tahu justru sang pelukis akan terjatuh karena kaget. Oleh karena itu ia mengambil kuas dan mencoret-coret lukisan sang pelukis. Tentu saja sang pelukis marah, ia pun berlari dan hampir memukul orang itu. Tapi setelah t...