Langsung ke konten utama

Garis dan Lembaran Putih

Umpamakan setiap orang adalah garis dan dunia adalah lembaran putih.

Seperti hakikatnya, garis adalah pertemuan dua titik. Begitu juga kita. Kita memulainya dari titik mula, titik di mana kita pertama hadir di kertas ini, lalu selesai di titik akhir, titik di mana kita lenyap dan pergi. Cerita yang kita punya berada di antara kedua titik itu. Kenangan indah, mimpi buruk, kisah yang selalu ingin kita ulang, aib yang selalu ingin kita lupakan, semua berada di antaranya.

Mungkin ini yang menjadikan mustahil untuk menghapus sejarah. Karena kita harus menjadi garis, bukan garis putus-putus. Apa yang ada, suka tidak suka, begitulah adanya. Setiap hal yang kita lakukan menjejak dan membentuk satu garis, membawa diri kita mendekati ujungnya.

Seperti hakikatnya, garis adalah pertemuan dua titik. Begitu juga kita. Begitu juga saya, dan kamu, dan semuanya. Selagi sibuk menelusuri arah sampai ke titik akhir, bertemulah garis kita semua. Bisa jadi hanya sekali beririsan, kemudian terpisah dan tidak pernah bersilangan lagi. Atau mungkin, di masa depan, kita tidak sengaja kembali berpotongan, entahlah. 

Garis kita bisa juga justru bertumpukan, jalan bersamaan dan seakan membentuk satu garis yang sama. Hanya saja, sekali lagi... "seakan". Garis saya, kamu, dan mereka tetap garis-garis yang berbeda. Entah berapa lama bertumpukan, titik ujung kita tidak sama. Tinggal kita yang memutuskan, kapan keluar dari jalur sebelumnya.

Umpamakan setiap orang adalah garis dan dunia adalah lembaran putih.
Dua dimensi yang sederhana, tapi mungkin begitu adanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

What do you think

S aya baru sadar kalo saya ternyata sangat gampang kebawa trend. No, no, I don't mean fashion and those kinda stuffs. What I mentioned here is: cyber-social network . Looks familiar, huh? Zaman sekarang rasanya eksistensi orang nggak cuma diitung dari panjangnya meja kantin yang mereka butuhin buat makan bareng se-geng nya ( notes: no offense ), atau banyaknya vote dari adek kelas pas polling majalah sekolah "kakak ter-...". Keberadaan di dunia maya juga dipertanyakan. Coba deh, kalo ada yg kenalan, pasti nggak berapa lama bakal nanya: " punya facebook nggak? " atau " ada msn nggak? " Jawaban negatif dari pertanyaan ini bakal mengundang pemikiran yang setara dengan: " hari gini nggak punya handphone? " Pergaulan sekarang udah meluas. Dulu orang cari temen lewat surat, cari sahabat pena. Beberapa waktu kemudian, HP udah jadi pegangan wajib bahkan merambah ke babysitter dan anak TK. Pacaran pun dimulai dengan kenalan lewat sms-an. Seka...

Hujan

Hujan bukan cuma punya langit. Dingin bukan cuma punya malam. Malam ini hujan lagi, deras. Dingin lagi menggigit, menggigil. Percuma diri berpayung, hujan sendiri lebih deras. Lebih dingin, lebih pekat dari gelap. Jakarta, 01 Feb 09

Painter of Life

img searched in Google saya baru baca notes dari temen SMP saya , namanya Vincent. Tapi kita manggil dia Opaz. I won't talk about him but the notes itself. saya copy aja yaa: "Suatu hari ada pelukis yang sedang menyelesaikan gambarnya di atap suatu gedung tinggi. Lukisannya sangat indah, menggambarkan pemandangan langit dan seisi kota. Di sekitarnya juga ada orang-orang lain yang ikut melukis. Mereka juga mengagumi kepiawaian sang pelukis tadi. Ketika gambar sang pelukis hampir jadi, ia mundur untuk melihatnya dari jauh. Mundur, mundur, semakin lama semakin jauh. Ia tidak sadar bahwa selangkah lagi ia bisa terjatuh dari gedung tinggi itu. Seseorang yang sedang memperhatikan lukisannya tersadar akan bahaya tersebut. Namun ia berpikir, jika ia berteriak siapa tahu justru sang pelukis akan terjatuh karena kaget. Oleh karena itu ia mengambil kuas dan mencoret-coret lukisan sang pelukis. Tentu saja sang pelukis marah, ia pun berlari dan hampir memukul orang itu. Tapi setelah t...