Langsung ke konten utama

Internship Madness Part 1


Dulu waktu SMA, setiap pulang lewat Sudirman saya suka mikir, kapan ya saya bakal menempati salah satu ruang di gedung kaca super tinggi itu? Nggak jarang saya kadang pengen jadi salah satu pegawai yang mondar-mandir di siang hari bareng temen-temennya cari tempat makan siang. Kayaknya seru, entah kenapa.

Dan berkat pilihan saya untuk kuliah di sekolah bisnis di Cilandak ini, saya bisa ngerasain itu bahkan ketika saya baru kuliah 6 bulan! Dalam rangka program On The Job Training dari kampus, akhirnya, sekarang, saya jadi bagian dari mereka selama sebulan. Hasil pengalaman kerja itu bakal jadi bahan presentasi di semester depan. Asik? Listen to my story here.

Setiap jam 8 saya menembus jalur 3 in 1, parkir di salah satu gedung kawasan Sudirman, menyapa Pak Satpam, menunggu lift, membuka pintu (meskpun dibukain karena saya nggak punya ID), menuju bilik saya sendiri (ya, bilik saya!) - meskipun cuma satu bulan, mulai bergaul dengan satu komputer di depan mata, nggak sabar nunggu jam makan siang, antre di kantin karyawan, balik ke kantor dengan berat hati, terbelalak ngeliat tumpukan kertas yang harus diurus, dan akhirnya sangat bersyukur jam udah menunjukkan pukul 17.00. Tapi setelah itu saya suka ngomel sendiri, kenapa sih harus pulang jam segini, kan sekarang jam pulang kantor. Dan saya baru sadar, hey, saya kan juga abis ngantor!

Saya dapet kesempatan magang di 3M Indonesia. Kalo kata temen-temen saya yang cewek, 3M itu perusahaan yang bikin Post-It (ini jawaban saya waktu interview kerja kemaren). Kalo kata temen-temen saya yang cowok, 3M itu yang bikin kaca film (saya baru tau). Dan setelah saya terlibat selama 5 hari awal di sini, perusahaan tempat saya magang ini ternyata super banyak produknya. Dari yang selotip, Post-It, kaca film mobil, kaca film gedung, helm las, alat pernapasan, karet behel, karpet gedung, spray anti kebakaran, bahkan sticker rambu lalu lintas. Baru tau? Sama. Saya juga.

Terus di sini saya ngapain aja?







Lihat gambar di atas itu? Itu yang menemani saya selama seminggu pertama ini. Saya jadi admin Marketing di Divisi Safety, Security, and Protection Service. Seminggu ini tugas saya berhubungan dengan database dan brosur. Detailnya agak sulit dijelasin sih tapi mungkin sedikit bayangan, intinya saya ngetik-ngetik di Excel untuk input data dan suka diminta bantu ngelipetin brosur yang ribuan banyaknya. Sounds boring and tiring, eh?

Tapi sebenernya saya bisa dibilang beruntung kalo dibandingin sama temen saya yang dapet di bagian Finance. Di sana kerjaan dia input data penjualan dan pembelian dengan berbagai angka dan istilah yang belum pernah saya dapetin dari kuliah. Kalo disuruh kerja yang serius dikit, kita belum pada ngerti. Maklumlah, kita selesai Semester I.

Awalnya saya juga ngeluh, terasanya jadi kayak dikerjain. Pegel juga itu namanya ngetik, nyatet-nyatet, misahin surat. Tapi yaa... Ini pinter-pinternya saya aja manfaatin kerjaan yang sepele itu. Ternyata kerjaan yang nggak gitu butuh banyak otak ini memberi saya peluang lebih untuk bisa ngobrol dan menguping. Dan berkat itu, saya jadi mulai ada bayangan, perusahaan ini kerjanya ngapain aja.

Overall, score untuk minggu ini: good
See you next weekend!

Komentar

Jeffry Haryanto mengatakan…
membaca tulisan lo gw jd terpikir jg untuk menceritakan pengalaman2 gw di rumah sakit + puskesmas wakkakak sekalipun ga magang kaya lo sih hehe
benedikta atika mengatakan…
di share aja jef, siapa tau nanti mengubah pandangan org. yg ga pengen jadi dokter ikut tersentuh, atau yg tadinya pengen malah ilfeel. haha

Postingan populer dari blog ini

What do you think

S aya baru sadar kalo saya ternyata sangat gampang kebawa trend. No, no, I don't mean fashion and those kinda stuffs. What I mentioned here is: cyber-social network . Looks familiar, huh? Zaman sekarang rasanya eksistensi orang nggak cuma diitung dari panjangnya meja kantin yang mereka butuhin buat makan bareng se-geng nya ( notes: no offense ), atau banyaknya vote dari adek kelas pas polling majalah sekolah "kakak ter-...". Keberadaan di dunia maya juga dipertanyakan. Coba deh, kalo ada yg kenalan, pasti nggak berapa lama bakal nanya: " punya facebook nggak? " atau " ada msn nggak? " Jawaban negatif dari pertanyaan ini bakal mengundang pemikiran yang setara dengan: " hari gini nggak punya handphone? " Pergaulan sekarang udah meluas. Dulu orang cari temen lewat surat, cari sahabat pena. Beberapa waktu kemudian, HP udah jadi pegangan wajib bahkan merambah ke babysitter dan anak TK. Pacaran pun dimulai dengan kenalan lewat sms-an. Seka...

Drama queen

Beberapa waktu yang lalu, temen sekelas saya, Nia, membuat notes di Facebook. Maaf saya nggak punya url nya, tapi ini sedikit repost dari apa yang dia tulis di situ. "Kita itu aneh, kita nggak suka untuk jadi sedih tapi kita menikmati itu. Bisa dibilang kita sering memanjakan sisi melankolis kita dan mendramatisasi semuanya. Pas kita abis putus, kita justru sengaja ngeliatin foto-foto bareng mantan pacar, ngeliatin barang kenangan, dengerin lagu mellow. Kita ngelakuin hal yang kita tau bakal bikin kita tambah sedih, tapi tetep aja kita ngelakuin hal itu. Kita menikmatinya !" Yaa begitulah kira-kira beberapa kalimat yang merangkum notes tersebut. Nggak persis sama sih, tapi intinya begitu. Dan kemaren, saya abis ngobrol panjang dengan temen dekat saya. Dari dulu saya emang nggak punya kemampuan cukup untuk nahan air mata saya, jadi suatu kali ketika akhirnya saya nggak bisa nahan emosi, temen saya itu nanya "kenapa lo harus nangis kalo bikin lo tambah sedih, ...

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016