Langsung ke konten utama

Don't know why, but..

Saya selalu percaya, semua benda mati punya bahasa.
Kursi bisa aja berbisik kepada meja, ngomongin betapa munafiknya manusia.

Saya selalu percaya, ada saya yang lain di diri saya.
Dan itu menjelaskan kenapa saya sering nggak sadar akan apa yang sedang saya lakuin.

Saya selalu percaya, surga itu ada.
Bagaimanapun wujudnya, saya yakin ada.

Saya selalu percaya, mimpi dalam tidur itu akan terjadi, suatu hari.
Dan itu yang bikin saya senang setiap saya mimpi bagus dan sedih berkepanjangan saat mimpi saya buruk.

Saya selalu percaya, di luar Bimasakti ada Bumi yang lain.
Mereka juga berpikir hal yang sama kayak manusia di dunia yang saya tinggalin ini.

Saya selalu percaya, ada negeri di atas awan.
Ini impian masa kecil saya yang terus membantu saya berimajinasi kalo lagi suntuk.

Saya selalu percaya, memaafkan itu memudahkan segalanya.
Tapi akhir-akhir ini kata maaf terlalu biasa dan jadi nggak ada artinya.

Saya selalu percaya, Tuhan mendengar doa saya.
Hanya saja, sisi manusiawi saya belum selalu siap menerima jawab-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016

Menantang Hujan

Selama ini ia benci Hujan. Ia beli payung berbagai ukuran, jas hujan dengan warna menawan,  sepatu anti air dengan kualitas tak diragukan. Lalu kemudian Hujan tidak datang selama beberapa pekan. Sial, lalu apa gunanya semua perlengkapan? Ia pikir ia benci Hujan. Memang, tapi bukan dalam bentuk "tanpa pertemuan". Ia perlu Hujan. Untuk dilawan. _____________________________________ Kebon Sirih, 27 Februari 2015 di penghujung musim penghujan

Teruntuk Rumput

Teruntuk Rumput di sana, semoga tetap sedia untuk berjalan bersama. Salam, Embun ______________________________________________ Pada suatu hari Rumah, 24 Januari 2015