Langsung ke konten utama

Being Good or Being Nice ?

Di dunia ini, semua orang itu baik. Tapi sayangnya kadar kebaikan dan kejahatan seseorang beda-beda. Ada yang banyak jahatnya, dan gitu juga kebalikannya. Yaaaa kecuali kalo ada orang yang keturunan iblis yang nggak punya hati sama sekali. Saya sih nggak ngomongin orang kayak gitu. Hahaha. Tapi ternyata baik itu macem-macem.

So, are we talking about a good person or a nice one?
Di bahasa Indonesia, kata good dan nice bisa jadi sama dengan arti baik. Tapi ternyata walaupun dua-duanya baik, masing-masing punya arti yang beda. Kalo menurut saya (oke, sekali lagi, menurut saya), good itu berarti baik yang bagus, bisa dibilang sesuai dengan aturan, yang berarti tindakannya benar. Sedangkan nice, lebih ke arah impression. Sesuatu yang membuat kesan baik menurut seseorang.

Masalahnya sekarang, penilaian dari orang-orang berpengaruh banget dalam kelangsungan hidup kita, terutama kehidupan sosial. Nilai, norma, dosa, dan semua aturan-aturan, terkadang jadi terlalu ideal untuk dijadiin salah satu indikator di dalam tabel penilaian kita. Menurut pengalaman dan pendapat saya, hal utama yang bisa membuat seseorang dianggap baik di jaman sekarang, adalah gimana caranya dia bisa ngelakuin sesuatu yang sesuai dengan yang diinginkan sama orang lain. Bagus kalo apa yang dia lakuin itu sesuai dengan norma dan ajaran-ajaran yang ada. Berarti dia berhasil menjalankan dua fungsi kata baik itu secara benar. Tapi kalo nggak?

Banyak orang yang ngelakuin hal nggak bener untuk bikin orang lain senang. Dan dia dianggap baik. Contohnya? Yaaa nggak usah jauh-jauh. Kita yang ngasih jawaban buat temen kita pas ulangan, kita bisa terkenal baik dan nggak pelit karena ngelakuin itu. Tapi kita tau, itu hal yang salah. Banyak juga orang yang tetep keukeuh mempertahankan prinsipnya untuk jadi orang benar, dan dia dianggap munafik.

Tapi kata munafik juga berlaku buat si nice person ketika dia berusaha ngelakuin apa yang orang lain mau, tapi sebenernya dia nggak pengen ngelakuin itu. Dia cuma mau yang penting orang itu seneng sama dia, suka sama dia, dan dia sendiri nggak bisa jadi dirinya sendiri. Mungkin saya salah satunya. Hahahaha.

Jujur aja, saya itu terlalu peduli dengan apa yang orang lain bilang tentang saya. Kadang saya sendiri suka marah ke diri sendiri kenapa saya susah untuk bilang "nggak" kalo ada orang yang minta sesuatu. Saya bakal tetap memenuhinya walaupun capek dan, ehm, terpaksa. Hal yang paling saya benci adalah saya bakal sangat merasa bersalah kalo saya nggak bisa menuhin keinginan orang tersebut, dan sampai di tingkat tertentu, mungkin itu bakal membuat saya ngerasa sangat gagal karena nggak bisa jadi apa yang mereka harapkan dari saya. Tapi saya sampe sekarang masih bisa mentolerir itu. Maksudnya, yaa, ketika saya kesel sama diri saya sendiri, gue bakal meng-cover nya dengan pemikiran gue bahwa saya harus bisa jadi yang terbaik buat semua orang (walaupun kemudian seseorang pernah bilang ke saya kalo kita nggak bakalan pernah bisa bikin semua orang suka sama kita -- well, itu adalah kata-kata perusak cita-cita saya).

Nah sekarang, semuanya balik lagi ke diri kita masing-masing. Udah jadi orang baik yang kayak gimana kita selama ini. Mau jadi orang baik yang kayak gimana kita nantinya.

That's all your choice, buddy.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemanasan

Sebentar lagi kuartal kedua akan dimulai. Saya lupa saya punya ruang ini, tempat di mana saya bicara sendiri dengan sedikit berharap ada pembaca mengerti tapi pura-pura tidak peduli dan tidak perlu dikonfrontasi. Ironis memang; sengaja membuka eksistensi tapi tidak percaya diri, memilih untuk ditemukan dalam ranah maya tapi memilih berkisah dalam metafora. Lalu kemudian saya menulis ini, memilih cara begini dengan membagi prosa dalam spasi menjadi seakan puisi. Padahal, isinya hanya rangkaian kalimat tak berinti, tumpahan kata yang sulit berhenti, tapi terlalu sayang untuk disimpan dalam hati. ------------------------------------ Dua hari sebelum kuartal satu ditutup Rumah, 2016

Menantang Hujan

Selama ini ia benci Hujan. Ia beli payung berbagai ukuran, jas hujan dengan warna menawan,  sepatu anti air dengan kualitas tak diragukan. Lalu kemudian Hujan tidak datang selama beberapa pekan. Sial, lalu apa gunanya semua perlengkapan? Ia pikir ia benci Hujan. Memang, tapi bukan dalam bentuk "tanpa pertemuan". Ia perlu Hujan. Untuk dilawan. _____________________________________ Kebon Sirih, 27 Februari 2015 di penghujung musim penghujan

Teruntuk Rumput

Teruntuk Rumput di sana, semoga tetap sedia untuk berjalan bersama. Salam, Embun ______________________________________________ Pada suatu hari Rumah, 24 Januari 2015