Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Paradoks Dunia

Rasanya, dunia itu kecil. Semakin usia bertambah, rasanya orang-orang yang kita temui belakangan ini ternyata punya hubungan erat dengan relasi terdekat kita. Si A, teman baru kita, ternyata sepupunya sahabat kita jaman SD. Si B yang kita sebelin banget ternyata sahabatnya temen deket kita waktu dulu. Atau si C yang baru kita kenal kemarin ternyata temen kosannya tetangga kita. Dan tentu masih banyak ternyata lainnya yang kita temukan. Semua saling terkoneksi, tidak cuma memunculkan hubungan baru antarpersona tetapi juga membangun rantai yang melintasi waktu. Ketika dirunutkan, bisa saja ternyata semua kejadian yang dulu punya sudut pandang baru karena ada tokoh lain yang baru kita sadari berikutnya. Kalo meminjam istilah situs jaringan sosial tersohor itu, "mutual friend" ini juga membantu kita untuk kembali menemukan kontak para sahabat yang hilang entah di mana. Terkadang, bukan eksistensi dirinya yang hilang secara harafiah, tetapi eksistensi hubungan yang pe...

About Giving (Too Much)

Mungkin ada saat di mana kita mau menyerah ketika merasa kita terlalu banyak memberi. Ketika itulah, rasanya apa yang kita lakukan semuanya sia-sia, bahwa apa yang kita dapatkan itu nggak sepadan. Terus, muncul satu perasaan paling mengesalkan: penyesalan. But, is giving too much the actual reason why we quit? I guess not. Ketika kita merasa giving too much, saat itulah konsep "hitung-hitungan" sudah muncul di kepala. Padahal, nggak semua hal bisa didasarkan pada hal tersebut. Mungkin, itulah yang dilakukan oleh orang yang rasional. Tapi apa iya, hidup kita semuanya dijalankan hanya dan hanya pada logika? In my humble opinion, mungkin alasan kenapa kita merasa sia-sia adalah karena kita sudah kehabisan alasan untuk melakukan itu. Atau, karena kita sudah nggak lagi percaya alasan itu ada.