Umpamakan setiap orang adalah garis dan dunia adalah lembaran putih. Seperti hakikatnya, garis adalah pertemuan dua titik. Begitu juga kita. Kita memulainya dari titik mula, titik di mana kita pertama hadir di kertas ini, lalu selesai di titik akhir, titik di mana kita lenyap dan pergi. Cerita yang kita punya berada di antara kedua titik itu. Kenangan indah, mimpi buruk, kisah yang selalu ingin kita ulang, aib yang selalu ingin kita lupakan, semua berada di antaranya. Mungkin ini yang menjadikan mustahil untuk menghapus sejarah. Karena kita harus menjadi garis, bukan garis putus-putus. Apa yang ada, suka tidak suka, begitulah adanya. Setiap hal yang kita lakukan menjejak dan membentuk satu garis, membawa diri kita mendekati ujungnya. Seperti hakikatnya, garis adalah pertemuan dua titik. Begitu juga kita. Begitu juga saya, dan kamu, dan semuanya. Selagi sibuk menelusuri arah sampai ke titik akhir, bertemulah garis kita semua. Bisa jadi hanya sekali beririsan, kem...